Tidak Menentang Takdir Allah

Allah Swt berfirman dalam hadits qudsi, "Ciptaan-Ku yang pertama kali binasa adalah Iblis." Maksudnya adalah Iblis telah berbuat maksiat pada-Ku, dengan kemaksiatan itu dia telah membinasakan dirinya.

Sekarang adalah akhir zaman. Gejala nifak, kebohongan, dan dusta telah tersebar luas. Maka janganlah engkau dekat dengan orang-orang munafik lagi pendusta dan menjadi "dajjal" dalam hidup.

Celakalah nafsu yang membawa pada kemunafikan, dusta, kekafiran, durhaka, dan kemusyrikan. Tantanglah dia dan jangan mengikutinya, ikatlah dan jangan melepaskannya. Tahan dia dan berikan apa-apa yang wajar diterimanya.Tundukkan nafsu itu dengan mujahadah (penuh perjuangan). Hawa nafsu itu harus dikendalikan jangan sampai berbalik mengendalikan dirimu. Oleh karenanya jangan sampai memperturutkan hasrat.

Hasrat itu tak ubahnya seperti anak kecil yang belum berakal sempurna. Bagaimana engkau akan belajar kepada anak yang tidak memiliki kesempurnaan akal. Sedangkan syetan adalah musuhmu. Musuh nenek moyang manusia, yaitu Adam dan Hawa. Maka bagaimana engkau akan tenang dengan berada bersamanya

sementara itu diantara engkau dan syetan terdapat permusuhan abadi. Sungguh engkau tidak bisa aman bersamanya, karena dia yang telah "membunuh" (keimanan) nenek moyangmu. Bukan hal yang mustahil, suatu saat dia akan menyesatkanmu sebagaimana mereka menyesatkan Adam dan Hawa dahulu.

Jadikanlah ketakwaan sebagai senjatamu untuk melawannya. Dan jadikan tauhidullah, muroqobatullah, wara (berhati-hati) dalam kesendirian, kejujuran dan permohonan tolong terhadap Allah sebagai tentara bagimu. Senjata dan tentaramu ini akan menghancurkan syetan, membinasakan, dan mengalahkan tentaranya, karena kebenaran bersamamu.

Himpunlah dunia dan akhirat menjadi satu. Dan menyendirilah bersama Tuhanmu dengan ketetapan hatimu tanpa gangguan, baik urusan yang bersifat dunia bahkan urusan akhirat. Teguhlah bersama-Nya saja. Jangan berpaling dari pencipta hanya karena makhluk-Nya. Lepaskan segala penyebab yang dapat mengakibatkan putusnya dirimu dengan-Nya. Jika memungkinkan, tempatkan dunia untuk nafsumu, akhirat untuk hatimu. Dan tempatkan Allah Azza wa Jalla.