BerDzikirlah Sampai Mereka Menyebutmu Sebagai Orang Gila

Perbedaan Dzikir dengan ibadah lain adalah kalau ibadah lain (Shalat, Puasa, Haji) mempunyai waktu-waktu tertentu dan juga mempunyai waktu yang dilarang untuk melakukannya

sedangkan dzikir kepada Allah tidak mengenal tempat dan waktu, dilakukan secara terus menerus tanpa henti (istiqamah) agar memperoleh kemenangan.

Dzikir yang dilakukan terus menerus tersebut tentu saja Dzikir khafi (Dzikir tanpa bersuara) sedangkan Dzikir Jahar (Bersuara) yang biasanya dilakukan secara berjamaah memilki batas waktu dan tempat.

Dzikir Jahar dan Dzikir Khafi itu keduanya memiliki dalil yang kuat baik bersumber dari Al-Qur’an maupun Hadist.

Bagi pengamal Tarekat, kedua jenis dzikir ini telah biasa dilakukan. Dzikir khafi sebagai amalan khusus dilakukan dihening bening, tengah malam atau menjelang subuh tanpa diketahui oleh siapapun.

sedangkan dzikir jahar dilaksanakan setelah shalat berjamaah, dzikir jahar biasanya berupa Tahlil.

Bagi yang menganggap dzikir jahar (dengan suara keras) itu bidah, ada baiknya membaca hadist berikut.

Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata: “Sesungguhnya mengeraskan dzikir saat selesai sholat wajib itu telah ada di masa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-“. Ibnu Abbas juga mengatakan: “Aku tahu selesainya shalat mereka itu, saat ku dengar dzikir itu”

(HR. Bukhari: 796, dan Muslim: 919)